Sunday, April 30, 2017
Saturday, April 29, 2017
Friday, April 28, 2017
Thursday, April 27, 2017
The Museum of Innocence
Salah satu hal yang mendatangkan inspirasi ketika sedang
berada di Istanbul bagi saya adalah ketika berkunjung ke Museum of Innocence. Dari
tampilan luar, museum ini tidak begitu menarik. Hanya berupa apartemen berwarna
merah di salah satu ruas jalan di Cukurcuma. Namun karena diberi rekomendasi
oleh teman dari Jerman untuk memasukkan Museum of Innocent ke dalam daftar tempat yang
harus saya kunjungi selama di Istanbul, saya akhirnya mencoba juga untuk ke sana.
Saat masuk ke dalam museum dan menengok ke sebelah kanan,
tampak satu bidang dinding yang penuh dengan puntung rokok. Dari audio set yang
saya sewa untuk menemani saya mengeksplorasi museum, dijelaskan bahwa museum
tersebut adalah representasi dari novel yang ditulis Orhan Pamuk dengan judul
The Museum of Innocence yang terbit tahun 1998.
Di dalam museum yang memiliki tiga lantai ini, terdapat 83
kotak kaca yang mewakili 83 bab di dalam novel. Menurut informasi yang saya
dapat, novel The Museum of Innocence menceritakan tentang seorang pemuda kaya
bernama Kemal yang jatuh cinta pada seorang perempuan dari kalangan bawah
bernama Fusun.
Meski awalnya indah, namun kisah cinta beda kasta tersebut
sempat membuat Kemal frustasi. Terlebih saat Kemal menyia-nyiakan cinta Fusun
sehingga Fusun memutuskan untuk menikah dengan orang lain.
83 kotak kaca dalam museum berisi berbagai macam barang yang
ada kaitannya dengan kisah cinta Kemal dan Fusun. Seperti tiket nonton, sepatu,
dress, sampai tempat tidur single bed yang pernah menjadi tempat Kemal dan
Fusun menghabiskan waktu bersama.
Di dalam novel, Kemal mengumpulkan berbagai barang yang
berkaitan dengan Fusun, perempuan yang dia cintai untuk mengenangnya seumur
hidup. Di dunia nyata, sang penulis novel merealisasikan museum tersebut
bekerja sama dengan beberapa arsitek seperti Ihsan Bilgin, Cem Yuecel, dan Gregor
Sunder Plassmann. Museum of Innocence didirikan tahun 2008 lalu dan berhasil
menyedot perhatian turis yang datang ke Istanbul.
Meski tampak sederhana, namun menurut saya museum ini luar
biasa berkat idenya. Museum ini seolah-olah menceritakan kisah cinta atau
biografi seseorang, padahal ternyata museum ini menceritakan kisah cinta fiksi
yang dibuat nyata. Dengan adanya museum ini, tentu novel The Museum of
Innocence akan selalu dikenang dan memiliki nilai keberlanjutan atau
sustainability.
Saya yang mengeksplorasi museum ditemani audio set pun merasa
terhanyut dalam kisah percintaan antara Kemal dan Fusun saat itu. Sang penulis
novel, Orhan Pamuk juga mampu menggambarkan Istanbul di masa lalu, antara tahun
1950 sampai awal tahun 2000 baik dalam novel ataupun dalam kotak-kotak kaca
dalam museum.
Tidak heran, dengan ide yang extraordinary tersebut, museum
ini mendapatkan penghargaan berupa European Museum of The Year tahun 2014.
Kunjungan ke Museum of Innocence dilakukan pada hari Rabu, 26 April 2017 bersama rekan dari Jerman.
Kunjungan ke Museum of Innocence dilakukan pada hari Rabu, 26 April 2017 bersama rekan dari Jerman.
Wednesday, April 26, 2017
Tuesday, April 25, 2017
Monday, April 24, 2017
Subscribe to:
Posts (Atom)