Saturday, December 3, 2016

Perempuan, Kunci Kemajuan Bangsa

Saya mau cerita tentang pengalaman saya selama tinggal di Jerman. Khususnya dalam melihat cara didik host family saya terhadap anak-anaknya. Saya salut sekali dengan si Emak yang punya idealisme tingkat tinggi dalam memberikan pendidikan untuk anak-anak di dalam rumah. Berikut saya berikan point-point tentang kebiasaan keluarga yang bisa dicoba untuk diaplikasikan kepada anak Anda di rumah (kalau yang udah punya anak).

1.Pagi hari untuk anak yang sudah masuk SD wajib diajarkan untuk membereskan tempat tidur sendiri. Membereskan tempat tidur sendiri biasanya ketika anak beres dress up atau mandi dan sebelum sarapan. Tujuannya agar anak mulai belajar bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajibannya, tidak hanya diberikan haknya saja. Awalnya, si anak memang mengerjakannya dengan ogah-ogahan. Tapi lama-lama tanpa disuruh, dia jadi terbiasa untuk melakukan kewajibannya tersebut.

2.Kebiasaan sarapan tidak dengan makanan 'berat' seperti nasi dan lauk pauk tetapi dengan sereal, oat (weekday), dan roti (weekend). Saya pernah bertanya mengapa asupan sarapan mereka seperti itu. Mereka bilang hal tersebut memang sudah tradisi, untuk weekday makan sereal instan untuk menghemat waktu, biar anak-anak tidak telat berangkat sekolah, sedangkan weekend lebih santai jadi makan roti yang biasanya dipadukan dengan selai atau sosis. Makanan seperti pasta (salah satu makanan pokok mereka) dikonsumsi untuk makan siang atau makan malam. 

3.Ketika makan harus beretika. Dalam hal ini, si emak memegang peranan penting untuk mencetak anak-anaknya bisa makan cantik. Dia seringkali memberi peringatan dan membenarkan tata cara anak-anaknya makan, termasuk tentang cara memegang alat-alat makan seperti sendok, garpu, dan pisau ketika digunakan. Tidak hanya itu, sebelum makan siang, anak-anak harus cuci tangan dan menyisir rambut. Lalu berdoa bersama.

4.Beres makan, khususnya makan siang ketika mereka tidak punya acara terburu-buru, mereka harus terlibat membereskan beberapa hal di ruang makan. Minimal piring dan gelas yang mereka pakai sendiri. Ini yang saya suka. Betapa si Emak selalu memonitor sendiri apakah anak-anaknya 'kerja' atau tidak. Dia sangat penuh dedikasi dalam memastikan anak-anaknya punya peran setelah makan.

5.Misal ada salah satu anak yang marah dan melempar-lempar sendok sampai beberapa barang tercecer di lantai. Si Emak dengan tegas menyuruh si anak untuk membereskannya kembali. No excuse! Makanya anak-anak segan banget sama Emaknya.

6.Merangsang kreativitas anak dengan permainan kreatif. Aktivitas anak dibikin seimbang antara main di rumah dan di luar rumah. Di rumah, mereka biasanya main lego, main puzzle, dan beberapa permainan yang edukatif dan cukup menghibur. Di luar rumah lebih banyak yang dieksplorasi, misal melihat kuda, sapi, ayam, bermain air, bermain salju, dan lain-lain. 

7.Tidak sembarangan diberi gadget/ tontonan TV. Anak-anak sudah dididik dari kecil agar tidak dekat dengan gadget dan televisi. Kata Si Emak, gadget dan televisi membuat anak kurang kreatif dalam berimajinasi karena mereka kebanyakan disuruh mendapat input-input yang sudah disediakan gadget dan TV. Memang sih, saya menyadari kalau melihat anak-anak yang lagi nonton TV, mereka nyaris kayak patung, matanya nggak kedip-kedip, nggak gerak, kalau ditanya susah jawab. Mereka seperti telah terpisah dari dunia, jiwa mereka seperti sedang tidak di rumah. Anak-anak cuma dikasih tontonan TV jika Emak dan Babehnya lagi ada acara, itu pun paling lama tidak lebih dari 1 jam dimana saya yang biasanya jadi time keeper. Tontonannya pun ditentukan, yang edukatif dan biasanya harus yang bahasa Inggris biar si anaknya bisa belajar bahasa. 

8.Tidak banyak mengonsumsi makanan manis yang memanjakan lidah. Makanan seperti cake atau cokelat memang biasanya diberikan sebagai makanan penutup setelah makan, tapi tidak sering karena seringkali makanan penutup itu berupa yoghurt dan buah (keluarga ini memang sangat mengedepankan kesehatan). Cokelat biasanya menjadi hadiah pada momen tertentu untuk anak-anak yang taat akan aturan Si Emak. Kesehatan dan makanan bergizi harus diutamakan.

9.Anak-anak selalu diberi program. Misal sepulang sekolah, mereka memang diberi waktu istirahat sampai sore. Sore harinya mereka diberi kegiatan seperti berkuda, tennis, gymnastic, berenang, les musik, dsb (tergantung musim). Ini mungkin yang menjadi sebab si anak tidak begitu tergantung dengan gadget dan TV, mereka sudah diberi program harian. Termasuk untuk weekend. Setiap hari Jumat, Si Emak dan Si Babeh suka berdiskusi selepas makan siang mengenai apa yang akan dilakukan untuk hari Sabtu dan Minggu. Misalnya Sabtu akan main ke rumah salah satu temannya, Si Emak sudah menjadwalkannya sehari sebelum dengan menelepon orang tua dari temannya. Itu dilakukan untuk menghargai waktu orang lain. 

10.Anak-anak selalu tidur tepat waktu. Dalam hal ini, Si Emak memegang peranan penting lagi. Dia setiap malam membacakan buku untuk anak-anaknya. Setelah itu, lampu dimatikan lalu anak-anak dibimbing untuk berdoa. Yang saya dengar, doanya itu berupa nyanyian atau puji-pujian kepada Tuhan lalu berterimakasih dengan apa yang telah mereka peroleh hari itu. Ini sweet banget, saya suka. Setelah berterimakasih, mereka juga mendoakan orang-orang terdekatnya seperti Nenek, Kakek, Om, Tante, sampai saya pun tidak jarang masuk dalam daftar doa mereka. 

11.Tidak hanya etika dan karakter, si Emak juga merangsang anak-anak untuk kritis dan logis. Saya suka sekali dengan kebiasaan mereka menanyakan tentang aktivitas anak-anaknya di sekolah ketika makan siang. Momen makan siang itu jadi momen untuk mendekatkan antar anggota keluarga.

Itu beberapa poin yang bisa saya rangkum tentang cara didik keluarga saya di Jerman yang menurut saya patut dicontoh. Memang sangat gampang menuliskan ini, tapi praktiknya susah dan perlu komitmen tinggi serta karakter yang tidak pantang menyerah. Saya melihat menjadi seorang ibu itu adalah proses belajar mendidik anak yang mata pelajarannya tidak didapat di sekolah manapun. 

Tidak mudah. Tapi jika dijalankan dengan keinginan untuk bisa menciptakan generasi berkarakter, semuanya tidak akan sesulit yang dibayangkan. Penciptaan generasi berkarakter baik harus dilakukan saat ini juga. Jika tidak, karakter sebaliknya yang akan menjadi sifat yang turun temurun. Karakter tersebut yang membuat sebuah bangsa sulit maju, bahkan mengalami kemunduran. 

Saya merasakan bahwa perempuan dalam hal ini seorang ibu memiliki peran penting dalam menentukan karakter seorang anak. Karakter seseorang terutama anak memang tidak hanya dipengaruhi oleh didikan keluarga, tetapi juga lingkungan sekitarnya seperti sekolah. 

Namun, jika pendidikan di rumah khususnya oleh seorang ibu sudah ideal dalam mengangkat nilai-nilai kebaikan, anak sudah bisa dipastikan memiliki fondasi kuat dalam mengembangkan karakter baiknya.

Itulah mengapa saya mengambil judul 'Perempuan, Kunci Kemajuan Bangsa', karena di tangan ibunya, karakter dasar setiap orang dibentuk. Perempuan memiliki fitrah sebagai pendidik pertama untuk anak. Perempuan adalah pendidik bangsa. 

No comments:

Post a Comment